Thursday, August 28, 2008

Kata-kata yang Memakan Korban Lagi

Tadi malam habis pulang dari kantor sekitar jam 10an malam, aku stel TV ada berita tentang kecelakaan Sriwijaya Air.

Melihat kejadian itu jadi teringat Kasus Adam Air. Dua hari sebelum Adam Air hilang di Majene awal tahun 2007 yang lalu, aku berencana pulang ke Padang, Karena keusilan aku dengan searching harga tiket di internet, akhirnya dapat tiket yang paling murah dengan Adam Air berangkatnya jam 06.20. Aku nyampe di Bandara Soekarno Hatta kurang dari jam 6 pagi. Logikanya, masih ada waktu donk. Tapi si petugas tidak mau lagi nerima dengan banyak alasan, dan aku di pingpong kesana kemari. Akhirnya masuk satu ruangan yang katanya manager in charge, setelah menunggu lebih 20 menit disana. baru disamperin oleh petugasnya. Waktu itu sudah menunjukkan jam 06.25.

Aku ditanya mau kemana?
Aku jawab "Mau ke Padang".
Trus langsung dia bilang, "Udah full pak, adanya penerbangan terakhir jam 17.00 itu pun ada penambahan biaya hampir satu juta"

Aku bingung. Dalam hati aku bertanya, "Hebat banget nih petugas, bisa tau seat masih tersedia atau tidak dan dengan santainya bilang nambah hampir satu".

Padahal waktu itu harga tiket ekonomi paling mahal ke Padang belum sampai 1 juta.

Akhirnya aku tanya, "Apakah bisa gw bisa ga berangkat dengan penerbangan berikutnya?"

Jawabannya masih tetap bertele-tele.

Aku bilang lagi, "Kalau memang tidak bisa, bilang dari tadi, supaya gw ga kehilangan waktu untuk mencari penerbangan lain".

Dengan kesal gw bilang ke petugas itu : “Kalau begini caranya, saya sumpahin pesawat anda jatuh”.

Trus tiket itu aku remas dan aku banting di hadapan dia. Trus aku berlalu, dan mencari penerbangan lain. Akhirnya dapat Garuda untuk siang harinya.

Malam hari pada tanggal 1 Januari 2007 itu aku nonton TV di rumah di Padang dan mendengar berita kalau pesawat Adam Air hilang. Langsung aku terhenyak dan merinding sekujur tubuhku. Aku tidak habis pikir, kenapa bisa terjadi? Padahal aku tidak pernah marah-marah seperti kejadian di Adam Air pagi itu sebelumnya. Aku sudah sangat sering kecewa dengan Lion Air waktu sering pulang setiap weekend. Tapi tidak pernah emosi begitu.

Nah, untuk kasus Sriwijaya Air (SJ) kemarin, pertengahan bulan Agustus kemarin aku ke Kupang dengan menumpang SJ. Dalam penerbangan itu aku baca majalah Sriwijaya yang tersedia di kursi pesawat itu. Majalah itu memang majalah yang isinya tentang SJ. Di halaman awal, ada sambutan dari Direktur Utama SJ. Disitu ditulis dengan sangat percaya diri, Dirut SJ mengatakan bahwa SJ adalah satu-satunya penerbangan domestic yang tidak pernah mengalami kecelakaan. Waktu itu aku bilang kepada orang yang duduk di sebelahku, “Wah, ini alamat tidak bagus nih. Terlalu percaya diri nih Dirut. Biasanya kalau begini ga akan lama akan terjadi sesuatu.” Orang itu menanggapinya dengan santai karena dia orang Kupang, dan sudah biasa naik SJ. Dia bilang, “ya kalau saya memilih SJ karana cuma SJ yang kasi makanan walaupun snack. Kalau Lion, Mandala dan Merpati cuma air mineral saja". Setelah itu gw juga sempat nervous juga ketika akan mendarat di El Tari, Pesawat digoncang oleh angin Australia sehingga jalannya pesawat tidak stabil. Untung tidak terjadi apa.

Namun setelah menyaksikan berita tadi malam, aku teringat dengan ucapanku di pesawat SJ itu. Kenapa ya? aku bisa ngucapin itu secara spontan saja. Apa mungkin aku harus menjaga ucapanku ya?

Apakah ini anugrah atau cobaan buatku agar lebih hati-hati kalau bicara?

Hiiiiii takut….!

No comments:

 
© 2008 free template by kangrohman modification by agungwasono